Artikel
Gereja Sebagai Ruang Edukasi: Sosialisasi Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak serta Kesehatan Reproduksi di GMIT Imanuel Subo Tungma
Pada hari Jumat, 18 Juli 2025, Gereja GMIT Imanuel Subo Tungma mengadakan kegiatan sosialisasi bertema Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak serta Kesehatan Reproduksi. Kegiatan ini terselenggara atas kerjasama antara UPKM CD Bethesda, dengan pihak Gereja GMIT Imanuel Tungma, sebagai bagian dari upaya bersama membangun kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya perlindungan terhadap kelompok rentan dan isu kesehatan reproduksi.
Kegiatan ini dihadiri oleh jemaat dari berbagai kategori usia, mulai dari orang tua hingga anak-anak, serta melibatkan partisipasi aktif baik laki-laki maupun perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa isu kekerasan dan kesehatan adalah tanggung jawab bersama, dan menjadi kepedulian kolektif di tengah komunitas.
Materi sosialisasi disampaikan oleh dua lembaga yang bergerak sesuai bidangnya, yakni Suara Perempuan Alor, yang mengangkat berbagai bentuk-bentuk, dampak, dan upaya pencegahan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak berdasarkan pengalaman mendampingi korban kekerasan di Alor, serta Puskesmas Apui, yang memberikan pemahaman mengenai pentingnya menjaga kesehatan reproduksi secara tepat, terutama bagi usia remaja dan orang tua yang bertanggungjawab dalam dalam keluarga yang mengasuh membesarkan anak-anak, serta bagi masayarakat untuk mencipatakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi kehidupan bersama.
Respon jemaat terhadap kegiatan ini sangat positif. Sesi diskusi berlangsung interaktif dengan berbagai pertanyaan yang diajukan peserta, menandakan bahwa materi yang disampaikan sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari dan membuka ruang refleksi bersama.
Dalam pernyataannya, Pendeta GMIT Imanuel Subo Tungma menyampaikan harapan agar informasi yang diperoleh tidak hanya berhenti pada peserta yang hadir, tetapi juga diteruskan kepada jemaat lain dan masyarakat luas. Ia menekankan pentingnya pola asuh yang menghargai hak-hak anak, baik dalam hal belajar, bermain, maupun membantu orang tua. “Anak-anak membutuhkan waktu yang seimbang untuk tumbuh dan berkembang. Sebagai orang dewasa, kita harus memberi ruang yang adil dan aman bagi mereka,” ungkapnya.
Melalui kegiatan ini, diharapkan tumbuh kesadaran kolektif untuk menolak segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak, serta membangun lingkungan yang sehat secara fisik, mental, dan sosial—baik di lingkup keluarga, gereja, maupun masyarakat secara luas.